Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur |
Jawa Timur adalah provinsi terluas kedua di Pulau Jawa, setelah Jawa Tengah. Provinsi ini memiliki luas wilayah sekitar 47.922 km2, dan berpenduduk sekitar 40 juta jiwa. Jawa Timur memiliki 38 kabupaten dan 9 kota, serta ibu kotanya adalah Surabaya.
Jawa Timur memiliki sejarah yang sangat menarik untuk dikaji, karena di sini terdapat banyak kerajaan yang pernah berjaya dan berpengaruh di Nusantara. Kerajaan-kerajaan ini tidak hanya menghasilkan karya-karya seni dan budaya yang indah, tetapi juga berperan dalam perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan agama di Indonesia.
Dalam artikel ini, saya akan membahas sejarah lengkap kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, mulai dari zaman kuno hingga zaman modern. Saya juga akan menyajikan tabel yang membandingkan beberapa aspek dari kerajaan-kerajaan tersebut, seperti lokasi, masa berdiri, raja terkenal, agama, dan warisan budaya. Saya berharap artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang sejarah Jawa Timur.
Kerajaan di Jawa Timur Zaman Kuno
Zaman kuno adalah periode sejarah yang dimulai sejak manusia mulai beradab hingga abad ke-5 Masehi. Di Jawa Timur, zaman kuno ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang berdasarkan pada sistem kekerabatan, seperti kerajaan Kutai, Tarumanagara, dan Kalingga. Kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan dengan kerajaan-kerajaan di India, Cina, dan Asia Tenggara lainnya, serta menerima pengaruh budaya dan agama dari sana.
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur |
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia yang berlokasi di Kalimantan Timur, tepatnya di sekitar Sungai Mahakam. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Mulawarman pada abad ke-4 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Siwaisme. Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan yang kaya dan makmur, karena memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, intan, dan kayu. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dagang dengan India, Cina, dan Funan (Kamboja).
Bukti sejarah kerajaan Kutai ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di Muara Kaman pada tahun 1940. Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah oleh Raja Mulawarman kepada para brahmana (pendeta Hindu) sebagai tanda rasa syukur atas keberhasilan ayahnya, Raja Kudungga, dalam memerintah. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa, dan merupakan prasasti tertua di Indonesia.
Warisan budaya kerajaan Kutai yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di sekitar Sungai Mahakam, seperti Candi Muara Jawa, Candi Muara Kaman, dan Candi Tepian Batu. Selain itu, kerajaan Kutai juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Kalimantan lainnya, seperti kerajaan Banjar, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat.
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di sekitar Sungai Citarum. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Purnawarman pada abad ke-5 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Waisnawaisme. Kerajaan Tarumanagara dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan berani, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Banten, Lampung, dan Jawa Tengah. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, dan Sriwijaya (Sumatera).
Bukti sejarah kerajaan Tarumanagara ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di beberapa tempat, seperti Ciaruteun, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu, dan Tugu. Prasasti ini berisi tentang kegiatan-kegiatan Raja Purnawarman, seperti pembangunan waduk, pembuatan saluran irigasi, pemberian tanah kepada para brahmana, dan pengukuran wilayah kerajaan. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa, dan merupakan prasasti tertua di Jawa.
Warisan budaya kerajaan Tarumanagara yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di Jawa Barat, seperti Candi Batujaya, Candi Bojongmenje, Candi Cangkuang, dan Candi Jiwa. Selain itu, kerajaan Tarumanagara juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Jawa lainnya, seperti kerajaan Sunda, Galuh, dan Pajajaran.
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Sungai Serayu. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sanna pada abad ke-6 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Buddha. Kerajaan Kalingga dikenal sebagai kerajaan yang adil dan sejahtera, karena memiliki sistem pemerintahan yang demokratis, serta masyarakat yang makmur dan berpendidikan. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, dan Sriwijaya.
Bukti sejarah kerajaan Kalingga ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di beberapa tempat, seperti Canggal, Kalasan, Abang, dan Mantyasih. Prasasti ini berisi tentang kegiatan-kegiatan Raja Sanna dan Ratu Sima, seperti pembangunan candi, pembuatan patung Buddha, pemberian hadiah kepada para biksu, dan penyebaran agama Buddha. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa, dan merupakan prasasti tertua di Jawa Tengah.
Warisan budaya kerajaan Kalingga yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah, seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Sewu. Selain itu, kerajaan Kalingga juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Jawa lainnya, seperti kerajaan Mataram Kuno, Syailendra, dan Sanjaya.
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur |
Kerajaan di Jawa Timur Zaman Klasik
Zaman klasik adalah periode sejarah yang dimulai sejak abad ke-6 Masehi hingga abad ke-15 Masehi. Di Jawa Timur, zaman klasik ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan yang berdasarkan pada sistem monarki, seperti kerajaan Mataram Kuno, Syailendra, Sanjaya, Kahuripan, Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan dengan kerajaan-kerajaan di India, Cina, Asia Tenggara, dan Timur Tengah, serta menerima pengaruh budaya dan agama dari sana.
Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Sungai Progo. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sanjaya pada abad ke-8 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Siwaisme.
Kerajaan Syailendra
Kerajaan Syailendra adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Sungai Progo. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Panangkaran pada abad ke-8 Masehi, dan merupakan kerajaan Buddha yang menganut aliran Mahayana. Kerajaan Syailendra dikenal sebagai kerajaan yang religius dan artistik, karena banyak membangun candi-candi yang megah dan indah, serta menghasilkan karya-karya sastra yang bernilai tinggi. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Sriwijaya, dan Kamboja.
Bukti sejarah kerajaan Syailendra ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di beberapa tempat, seperti Kalasan, Kelurak, Karangtengah, Sojomerto, dan Nalanda. Prasasti ini berisi tentang kegiatan-kegiatan Raja Panangkaran dan Raja Samaratungga, seperti pembangunan candi, pembuatan patung Buddha, pemberian hadiah kepada para biksu, dan penyebaran agama Buddha. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa, dan merupakan prasasti tertua di Jawa yang menyebutkan nama Syailendra.
Warisan budaya kerajaan Syailendra yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah, seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sewu, Candi Plaosan, dan Candi Prambanan. Selain itu, kerajaan Syailendra juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Jawa lainnya, seperti kerajaan Mataram Kuno, Sanjaya, dan Kahuripan.
Kerajaan Sanjaya
Kerajaan Sanjaya adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Sungai Progo. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sanjaya pada abad ke-8 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Siwaisme. Kerajaan Sanjaya dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan ekspansif, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Jawa Timur, Bali, dan Sumatera. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Sriwijaya, dan Kamboja.
Bukti sejarah kerajaan Sanjaya ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di beberapa tempat, seperti Canggal, Mantyasih, Wanua Tengah, Kedu, dan Ligor. Prasasti ini berisi tentang kegiatan-kegiatan Raja Sanjaya dan Raja Balitung, seperti pembangunan candi, pembuatan patung Siwa, pemberian tanah kepada para brahmana, dan perluasan wilayah kerajaan. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa, dan merupakan prasasti tertua di Jawa yang menyebutkan nama Sanjaya.
Warisan budaya kerajaan Sanjaya yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di Jawa Tengah, seperti Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kalasan, dan Candi Ratu Boko. Selain itu, kerajaan Sanjaya juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Jawa lainnya, seperti kerajaan Mataram Kuno, Syailendra, dan Kahuripan.
Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang berlokasi di Jawa Timur, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Airlangga pada abad ke-11 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Kahuripan dikenal sebagai kerajaan yang damai dan sejahtera, karena berhasil mempersatukan Jawa Timur yang sebelumnya terpecah-pecah, serta masyarakat yang makmur dan berpendidikan. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Sriwijaya, dan Kamboja.
Bukti sejarah kerajaan Kahuripan ditemukan dalam bentuk prasasti yang ditemukan di beberapa tempat, seperti Belahan, Wurare, Pucangan, Mantyasih, dan Pararaton. Prasasti ini berisi tentang kegiatan-kegiatan Raja Airlangga dan Raja Mapanji Garasakan, seperti pembangunan candi, pembuatan patung Siwa-Buddha, pemberian hadiah kepada para brahmana dan biksu, dan pembagian wilayah kerajaan. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan huruf Kawi, dan merupakan prasasti tertua di Jawa Timur yang menyebutkan nama Kahuripan.
Warisan budaya kerajaan Kahuripan yang masih dapat dilihat hingga kini adalah candi-candi yang tersebar di Jawa Timur, seperti Candi Belahan, Candi Jawi, Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Penataran. Selain itu, kerajaan Kahuripan juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan di Jawa lainnya, seperti kerajaan Kediri, Singhasari, dan Majapahit.
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur |
Tabel Perbandingan Kerajaan di Jawa Timur Zaman Kuno dan Klasik
Kerajaan | Lokasi | Masa Berdiri | Raja Terkenal | Agama | Warisan Budaya |
---|---|---|---|---|---|
Kutai | Kalimantan Timur | Abad ke-4 Masehi | Mulawarman | Hindu (Siwaisme) | Candi Muara Jawa, Candi Muara Kaman, Candi Tepian Batu |
Tarumanagara | Jawa Barat | Abad ke-5 Masehi | Purnawarman | Hindu (Waisnawaisme) | Candi Batujaya, Candi Bojongmenje, Candi Cangkuang, Candi Jiwa |
Kalingga | Jawa Tengah | Abad ke-6 Masehi | Sanna | Hindu (Buddha) | Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sewu |
Mataram Kuno | Jawa Tengah | Abad ke-8 Masehi | Sanjaya | Hindu (Siwaisme) | Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko |
Syailendra | Jawa Tengah | Abad ke-8 Masehi | Samaratungga | Buddha (Mahayana) | Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Prambanan |
Sanjaya | Jawa Tengah | Abad ke-8 Masehi | Balitung | Hindu (Siwaisme) | Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko |
Kahuripan | Jawa Timur | Abad ke-11 Masehi | Airlangga | Hindu-Buddha (Siwa-Buddha) | Candi Belahan, Candi Jawi, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Penataran |
Kenapa Kerajaan di Jawa Timur Hilang?
Jawa Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya. Sejak zaman kuno hingga klasik, Jawa Timur telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting yang membentuk identitas dan budaya bangsa Indonesia. Di Jawa Timur, terdapat banyak kerajaan yang pernah berjaya dan berpengaruh di Nusantara, seperti Mataram Kuno, Kediri, Singhasari, dan Majapahit.
Namun, kerajaan-kerajaan di Jawa Timur tidak bertahan selamanya. Mereka mengalami berbagai masalah dan tantangan yang akhirnya menyebabkan keruntuhan mereka. Apa saja penyebab-penyebab kerajaan di Jawa Timur hilang? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di sekitar Sungai Progo. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sanjaya pada abad ke-8 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu yang menganut agama Siwaisme. Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan ekspansif, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Jawa Timur, Bali, dan Sumatera. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Sriwijaya, dan Kamboja.
Kerajaan Mataram Kuno mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Balitung pada tahun 910 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Mataram Kuno adalah:
- Perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok pada tahun 929 Masehi. Mpu Sindok adalah menantu Raja Balitung yang mengklaim sebagai penerus tahta kerajaan. Namun, klaim ini ditentang oleh beberapa kelompok yang masih setia kepada keturunan Raja Balitung yang lain. Mpu Sindok kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur, tepatnya di daerah Watugaluh, Jombang. Perpindahan ini menyebabkan terputusnya hubungan antara pusat dan daerah, serta melemahnya pengaruh kerajaan di Jawa Tengah.
- Serangan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 990 Masehi. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera. Kerajaan ini merupakan saingan dan musuh dari kerajaan Mataram Kuno, karena bersaing dalam menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan Laut Jawa. Pada tahun 990 Masehi, Kerajaan Sriwijaya berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Mataram Kuno di Jawa Timur. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Mataram Kuno, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Erupsi Gunung Merapi pada tahun 1006 Masehi. Gunung Merapi adalah gunung berapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, dan sering meletus dengan dahsyat. Pada tahun 1006 Masehi, Gunung Merapi meletus dengan sangat hebat, sehingga mengeluarkan abu vulkanik yang menutupi langit dan menyebabkan gelap gulita selama berbulan-bulan. Erupsi ini menyebabkan bencana alam yang melanda Jawa Tengah, seperti tanah longsor, banjir, kelaparan, dan wabah penyakit. Erupsi ini juga mengganggu aktivitas pertanian, perdagangan, dan pemerintahan di Jawa Tengah, serta memperparah krisis yang dihadapi oleh kerajaan Mataram Kuno.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Timur, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Jayabaya pada abad ke-12 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Kediri dikenal sebagai kerajaan yang religius dan artistik, karena banyak membangun candi-candi yang megah dan indah, serta menghasilkan karya-karya sastra yang bernilai tinggi. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Sriwijaya, dan Kamboja.
Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Kediri adalah:
- Pemberontakan Ken Arok pada tahun 1222 Masehi. Ken Arok adalah seorang panglima perang yang berasal dari daerah Tumapel, Malang. Ken Arok merupakan bawahan dari Raja Kertajaya, namun ia tidak puas dengan kebijakan-kebijakan raja yang dianggap tidak adil dan sewenang-wenang. Ken Arok kemudian memberontak dan membunuh Raja Kertajaya, serta merebut tahta kerajaan. Ken Arok kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Singhasari, dan mengakhiri keberadaan kerajaan Kediri.
- Serangan Kerajaan Mongol pada tahun 1293 Masehi. Kerajaan Mongol adalah kerajaan yang berpusat di Mongolia. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di dunia, yang berhasil menaklukkan sebagian besar Asia, Eropa, dan Afrika. Pada tahun 1293 Masehi, Kerajaan Mongol mengirimkan pasukan ekspedisi ke Nusantara, dengan tujuan untuk menundukkan kerajaan-kerajaan di sini, termasuk kerajaan Kediri. Pasukan Mongol berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Kediri di Daha. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Kediri, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Barat oleh Raden Wijaya pada tahun 1294 Masehi. Raden Wijaya adalah menantu dari Raja Kertanegara, raja terakhir Singhasari yang dibunuh oleh pasukan Mongol. Raden Wijaya berhasil melarikan diri dari serangan Mongol, dan mendirikan kerajaan baru yang bernama Majapahit, dengan pusat pemerintahan di Jawa Barat, tepatnya di daerah Trowulan, Mojokerto. Raden Wijaya kemudian bersekutu dengan pasukan Mongol, dan bersama-sama menyerang sisa-sisa kerajaan Kediri yang masih bertahan. Setelah berhasil mengalahkan kerajaan Kediri, Raden Wijaya kemudian mengkhianati pasukan Mongol, dan mengusir mereka dari Nusantara. Perpindahan ini menyebabkan terputusnya hubungan antara pusat dan daerah, serta melemahnya pengaruh kerajaan di Jawa Timur.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Singhasari
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Timur, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Ken Arok pada abad ke-13 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Singhasari dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan berani, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Mongol, dan Kamboja.
Kerajaan Singhasari mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Kertanegara pada tahun 1292 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Singhasari adalah:
- Pemberontakan Jayakatwang pada tahun 1292 Masehi. Jayakatwang adalah seorang adipati dari Kediri, yang merupakan salah satu daerah bawahan Singhasari. Jayakatwang tidak puas dengan kebijakan-kebijakan Raja Kertanegara, yang dianggap tidak adil dan sewenang-wenang. Jayakatwang kemudian bersekongkol dengan pasukan Mongol, yang datang ke Nusantara untuk menuntut upeti dari Singhasari. Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, serta merebut tahta kerajaan. Jayakatwang kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Kediri, dan mengakhiri keberadaan kerajaan Singhasari.
- Serangan Kerajaan Mongol pada tahun 1293 Masehi. Kerajaan Mongol adalah kerajaan yang berpusat di Mongolia. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di dunia, yang berhasil menaklukkan sebagian besar Asia, Eropa, dan Afrika. Pada tahun 1293 Masehi, Kerajaan Mongol mengirimkan pasukan ekspedisi ke Nusantara, dengan tujuan untuk menundukkan kerajaan-kerajaan di sini, termasuk kerajaan Singhasari. Pasukan Mongol berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Singhasari di Tumapel, Malang. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Singhasari, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Barat oleh Raden Wijaya pada tahun 1294 Masehi. Raden Wijaya adalah menantu dari Raja Kertanegara, raja terakhir Singhasari yang dibunuh oleh pasukan Mongol. Raden Wijaya berhasil melarikan diri dari serangan Mongol, dan mendirikan kerajaan baru yang bernama Majapahit, dengan pusat pemerintahan di Jawa Barat, tepatnya di daerah Trowulan, Mojokerto. Raden Wijaya kemudian bersekutu dengan pasukan Mongol, dan bersama-sama menyerang sisa-sisa kerajaan Singhasari yang masih bertahan. Setelah berhasil mengalahkan kerajaan Singhasari, Raden Wijaya kemudian mengkhianati pasukan Mongol, dan mengusir mereka dari Nusantara. Perpindahan ini menyebabkan terputusnya hubungan antara pusat dan daerah, serta melemahnya pengaruh kerajaan di Jawa Timur.
Kerajaan Singhasari adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Timur, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Ken Arok pada abad ke-13 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Singhasari dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan berani, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Mongol, dan Kamboja.
Kerajaan Singhasari mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Kertanegara pada tahun 1292 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Singhasari adalah:
- Pemberontakan Jayakatwang pada tahun 1292 Masehi. Jayakatwang adalah seorang adipati dari Kediri, yang merupakan salah satu daerah bawahan Singhasari. Jayakatwang tidak puas dengan kebijakan-kebijakan Raja Kertanegara, yang dianggap tidak adil dan sewenang-wenang. Jayakatwang kemudian bersekongkol dengan pasukan Mongol, yang datang ke Nusantara untuk menuntut upeti dari Singhasari. Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, serta merebut tahta kerajaan. Jayakatwang kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Kediri, dan mengakhiri keberadaan kerajaan Singhasari.
- Serangan Kerajaan Mongol pada tahun 1293 Masehi. Kerajaan Mongol adalah kerajaan yang berpusat di Mongolia. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di dunia, yang berhasil menaklukkan sebagian besar Asia, Eropa, dan Afrika. Pada tahun 1293 Masehi, Kerajaan Mongol mengirimkan pasukan ekspedisi ke Nusantara, dengan tujuan untuk menundukkan kerajaan-kerajaan di sini, termasuk kerajaan Singhasari. Pasukan Mongol berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Singhasari di Tumapel, Malang. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Singhasari, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Barat oleh Raden Wijaya pada tahun 1294 Masehi. Raden Wijaya adalah menantu dari Raja Kertanegara, raja terakhir Singhasari yang dibunuh oleh pasukan Mongol. Raden Wijaya berhasil melarikan diri dari serangan Mongol, dan mendirikan kerajaan baru yang bernama Majapahit, dengan pusat pemerintahan di Jawa Barat, tepatnya di daerah Trowulan, Mojokerto. Raden Wijaya kemudian bersekutu dengan pasukan Mongol, dan bersama-sama menyerang sisa-sisa kerajaan Singhasari yang masih bertahan. Setelah berhasil mengalahkan kerajaan Singhasari, Raden Wijaya kemudian mengkhianati pasukan Mongol, dan mengusir mereka dari Nusantara. Perpindahan ini menyebabkan terputusnya hubungan antara pusat dan daerah, serta melemahnya pengaruh kerajaan di Jawa Timur.
Penyebab Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Raden Wijaya pada abad ke-13 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang agung dan megah, karena berhasil membangun wilayah kekuasaan yang luas dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Siam, Malaka, dan Timur Tengah.
Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Majapahit adalah:
- Pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1401 Masehi. Ra Kuti adalah seorang adipati dari Tuban, yang merupakan salah satu daerah bawahan Majapahit. Ra Kuti tidak puas dengan kebijakan-kebijakan Raja Wikramawardhana, yang dianggap tidak kompeten dan korup. Ra Kuti kemudian memberontak dan menyerang pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Patih Gajah Mada, namun menyebabkan kerusakan besar bagi kerajaan Majapahit, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Perang Paregreg pada tahun 1405-1406 Masehi. Perang Paregreg adalah perang saudara yang terjadi antara dua faksi yang bersaing memperebutkan tahta kerajaan Majapahit, yaitu faksi Bhre Wirabhumi dan faksi Bhre Kertabhumi. Faksi Bhre Wirabhumi dipimpin oleh Bhre Wirabhumi, yang merupakan putra dari Raja Hayam Wuruk dan Ratu Paduka Sori. Faksi Bhre Kertabhumi dipimpin oleh Bhre Kertabhumi, yang merupakan putra dari Raja Wikramawardhana dan Ratu Suhita. Perang ini berlangsung selama dua tahun, dan berakhir dengan kemenangan faksi Bhre Kertabhumi, yang kemudian naik tahta sebagai Raja Majapahit. Perang ini menyebabkan banyak korban jiwa dan harta benda, serta memecah belah kesatuan dan solidaritas kerajaan Majapahit.
- Serangan Kerajaan Demak pada tahun 1478 Masehi. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam yang berpusat di Jawa Tengah, tepatnya di daerah Demak, Semarang. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Islam pertama di Nusantara, yang didirikan oleh Raden Patah, yang merupakan keturunan dari Raja Majapahit. Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan yang militan dan ekspansif, karena berusaha menyebarluaskan agama Islam dan menggantikan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, termasuk kerajaan Majapahit. Pada tahun 1478 Masehi, Kerajaan Demak berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Majapahit, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
Q&A
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha yang berlokasi di Jawa Barat, tepatnya di sekitar Sungai Brantas. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Raden Wijaya pada abad ke-13 Masehi, dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang menganut agama Siwa-Buddha. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang agung dan megah, karena berhasil membangun wilayah kekuasaan yang luas dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan India, Cina, Siam, Malaka, dan Timur Tengah.
Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah kematian Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389 Masehi. Setelah itu, kerajaan ini mengalami perpecahan internal dan eksternal yang mengancam keutuhan dan kestabilannya. Beberapa penyebab keruntuhan kerajaan Majapahit adalah:
- Pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1401 Masehi. Ra Kuti adalah seorang adipati dari Tuban, yang merupakan salah satu daerah bawahan Majapahit. Ra Kuti tidak puas dengan kebijakan-kebijakan Raja Wikramawardhana, yang dianggap tidak kompeten dan korup. Ra Kuti kemudian memberontak dan menyerang pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Patih Gajah Mada, namun menyebabkan kerusakan besar bagi kerajaan Majapahit, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
- Perang Paregreg pada tahun 1405-1406 Masehi. Perang Paregreg adalah perang saudara yang terjadi antara dua faksi yang bersaing memperebutkan tahta kerajaan Majapahit, yaitu faksi Bhre Wirabhumi dan faksi Bhre Kertabhumi. Faksi Bhre Wirabhumi dipimpin oleh Bhre Wirabhumi, yang merupakan putra dari Raja Hayam Wuruk dan Ratu Paduka Sori. Faksi Bhre Kertabhumi dipimpin oleh Bhre Kertabhumi, yang merupakan putra dari Raja Wikramawardhana dan Ratu Suhita. Perang ini berlangsung selama dua tahun, dan berakhir dengan kemenangan faksi Bhre Kertabhumi, yang kemudian naik tahta sebagai Raja Majapahit. Perang ini menyebabkan banyak korban jiwa dan harta benda, serta memecah belah kesatuan dan solidaritas kerajaan Majapahit.
- Serangan Kerajaan Demak pada tahun 1478 Masehi. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam yang berpusat di Jawa Tengah, tepatnya di daerah Demak, Semarang. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Islam pertama di Nusantara, yang didirikan oleh Raden Patah, yang merupakan keturunan dari Raja Majapahit. Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan yang militan dan ekspansif, karena berusaha menyebarluaskan agama Islam dan menggantikan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, termasuk kerajaan Majapahit. Pada tahun 1478 Masehi, Kerajaan Demak berhasil menyerang dan menghancurkan pusat pemerintahan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Serangan ini menyebabkan kerugian besar bagi kerajaan Majapahit, baik dari segi militer, ekonomi, maupun politik.
Q&A
Q: Apa nama raja terakhir kerajaan Majapahit?
A: Nama raja terakhir kerajaan Majapahit adalah Girindrawardhana, yang memerintah dari tahun 1474 hingga 1498 Masehi. Ia adalah putra dari Raja Kertabhumi, yang dibunuh oleh pasukan Demak pada tahun 1478 Masehi. Ia berhasil mempertahankan sisa-sisa kerajaan Majapahit di Jawa Timur, namun tidak mampu mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit seperti masa lalu.
Q: Apa nama candi terbesar yang dibangun oleh kerajaan Singhasari?
A: Nama candi terbesar yang dibangun oleh kerajaan Singhasari adalah Candi Singhasari, yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara pada tahun 1268 Masehi, sebagai tanda penghormatan kepada leluhurnya, Raja Ken Arok. Candi ini memiliki arsitektur yang megah dan indah, dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan adegan-adegan dari Ramayana dan Mahabharata. Candi ini juga memiliki patung-patung yang mewakili dewa-dewa Hindu, seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma.
Q: Apa nama kerajaan yang menggantikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara?
A: Nama kerajaan yang menggantikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara adalah Kerajaan Mataram Islam, yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di daerah Kotagede, Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Panembahan Senopati pada abad ke-16 Masehi, dan merupakan kerajaan Islam yang menganut aliran Syafi’i. Kerajaan Mataram Islam dikenal sebagai kerajaan yang militan dan ekspansif, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Madura, Bali, dan Lombok. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan Turki Utsmani, Aceh, Malaka, dan Banten.
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur
Q: Apa nama raja terakhir kerajaan Majapahit?
A: Nama raja terakhir kerajaan Majapahit adalah Girindrawardhana, yang memerintah dari tahun 1474 hingga 1498 Masehi. Ia adalah putra dari Raja Kertabhumi, yang dibunuh oleh pasukan Demak pada tahun 1478 Masehi. Ia berhasil mempertahankan sisa-sisa kerajaan Majapahit di Jawa Timur, namun tidak mampu mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit seperti masa lalu.
Q: Apa nama candi terbesar yang dibangun oleh kerajaan Singhasari?
A: Nama candi terbesar yang dibangun oleh kerajaan Singhasari adalah Candi Singhasari, yang berlokasi di Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun oleh Raja Kertanegara pada tahun 1268 Masehi, sebagai tanda penghormatan kepada leluhurnya, Raja Ken Arok. Candi ini memiliki arsitektur yang megah dan indah, dengan ukiran-ukiran yang menggambarkan adegan-adegan dari Ramayana dan Mahabharata. Candi ini juga memiliki patung-patung yang mewakili dewa-dewa Hindu, seperti Siwa, Wisnu, dan Brahma.
Q: Apa nama kerajaan yang menggantikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara?
A: Nama kerajaan yang menggantikan kerajaan Majapahit sebagai kerajaan terbesar di Nusantara adalah Kerajaan Mataram Islam, yang berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di daerah Kotagede, Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Panembahan Senopati pada abad ke-16 Masehi, dan merupakan kerajaan Islam yang menganut aliran Syafi’i. Kerajaan Mataram Islam dikenal sebagai kerajaan yang militan dan ekspansif, karena berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Madura, Bali, dan Lombok. Kerajaan ini juga menjalin hubungan dengan Turki Utsmani, Aceh, Malaka, dan Banten.
Sejarah Lengkap Kerajaan di Jawa Timur |
Kesimpulan
Dari artikel ini, kita dapat mengetahui beberapa penyebab keruntuhan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, seperti perpecahan internal, serangan eksternal, bencana alam, perpindahan pusat pemerintahan, dan perubahan agama. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Indonesia. Meskipun kerajaan-kerajaan di Jawa Timur telah hilang, namun warisan budaya mereka masih dapat dilihat hingga kini, seperti candi-candi, prasasti-prasasti, sastra-sastra, dan seni-seni. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur juga memberikan inspirasi dan pelajaran bagi generasi-generasi selanjutnya, tentang bagaimana membangun dan mempertahankan sebuah kerajaan yang agung dan megah.
Dari artikel ini, kita dapat mengetahui beberapa penyebab keruntuhan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, seperti perpecahan internal, serangan eksternal, bencana alam, perpindahan pusat pemerintahan, dan perubahan agama. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya di Indonesia. Meskipun kerajaan-kerajaan di Jawa Timur telah hilang, namun warisan budaya mereka masih dapat dilihat hingga kini, seperti candi-candi, prasasti-prasasti, sastra-sastra, dan seni-seni. Kerajaan-kerajaan di Jawa Timur juga memberikan inspirasi dan pelajaran bagi generasi-generasi selanjutnya, tentang bagaimana membangun dan mempertahankan sebuah kerajaan yang agung dan megah.